SEJARAH SINGKAT ROSILLULLOH SAW

`Syekh Imam Al-Hafiz Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisy –semoga Allah SWT meridhainya- berkata:

Segala puji bagi Allah SWT pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar selain Allah tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bisa membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW pemimpin para nabi dan rasul, keluarga dan para sahabatnya yang mulia.

Amma ba’du, ini adalah ringkasan dari sejarah Rasulullah Muhammad SAW yang penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Harapan kami, semoga ia bermanfaat untuk para pembaca.

Nasab Rasulullah SAW

Beliau adalah Abu al-Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdimanaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaima bin Mudrikah bin Ilyas bin bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya’rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim “Kekasih Allah” (alaihima as-salam) bin Tarih atau Azar bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh (alaihis salam) bin Lamk bin Mutusyalkh bin Akhnukh –yaitu Nabi Idris keturunan Nabi Adam yang pertama menjadi nabi dan yang menulis dengan pena– bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam alaihissalam.

Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah.

Ibu Rasulullah saw.

Ibunya adalah Aminah binti Wahb bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib.

Kelahiran Rasulullah saw.

Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun Gajah bulan Rabiul Awal, tanggal dua, hari Senin. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau dilahirkan setelah tiga puluh tahun dari tahun gajah. Sebagian lagi mengatakan setelah empat puluh tahun dari tahun gajah. Pendapat yang benar adalah pada tahun gajah.

Kematian Ayah, Ibu, dan Kakeknya

Ayahnya meninggal dunia ketika ia berusia dua puluh delapan bulan. Menurut sebagian ulama usianya tujuh bulan ketika ayahnya meninggal. Ada lagi yang berpendapat bahwa ayahnya meninggal di perkampungan an-Nabighah ketika ia masih janin. Dan dikatakan pula bahwa ayahnya wafat di daerah Abwa yang terletak antara Makkah dan Madinah.

Abu Abdillah Zubair bin Bakkar az-Zubairi berkata: Abdullah bin Abdul Mutthalib wafat di Madinah ketika Muhammad berusia dua bulan.

Sedangkan ibunya meninggal dunia ketika ia berusia empat tahun. Sementara kakeknya meninggal dunia ketika usia Muhammad delapan tahun. Dikatakan pula bahwa ibunya wafat ketika ia berusia enam tahun.

Penyusuan Muhammad Rasulullah SAW

Muhammmad SAW disusui oleh Tsuwaibah budak Abu Lahab bersama dengan penyusuan Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi dengan air susu anaknya yang bernama Masruh. Kemudian Muhammad SAW disusui oleh Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyah.

Nama-nama Rasulullah SAW

Jubair bin Mut’im berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya adalah Muhammad, saya adalah Ahmad, saya adalah al-Mahi yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekufuran, saya adalah al-Hasyir yang mengumpulkan manusia, saya adalah al-A’qib yang tidak ada nabi lagi setelahku’.” (Hadits sahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Abu Musa Abdullah bin Qais berkata: “Rasulullah SAW memberikan dirinya beberapa nama di antaranya ada yang kami hafal. Beliau mengatakan: ‘Saya Muhammad, saya Ahmad, saya al-Muqaffi, saya Nabi taubat dan Nabi rahmat.’ Dalam riwayat lain: ‘dan Nabi peperangan’.” (Hadits sahih diriwayatkan oleh Muslim)

Jabir bin abdillah berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya Ahmad, saya Muhammad, saya al-Hasyir (yang mengumpulkan), saya al-Mahi (yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekefuran), dan pada hari kiamat nanti panji kemuliaan berada di tanganku. Aku pemimpin para rasul dan pemilik syafaat mereka.”

Allah SWT memberikan nama kepadanya di dalam Al-Quran dengan nama Basyir (pembawa kabar baik), Nadzir (pembawa berita buruk), Rauf (lemah lembut), Rahim (penyayang), dan Rahmatan lilalamin (pembawa rahmat buat alam semesta).

Masa kecilnya di Mekah, perjalanannya menuju Syam bersama pamannya Abu Thalib dan pernikahannya dengan Khadijah

Muhammad dalam keadaan yatim piatu diasuh oleh kakeknya Abdul Mutthalib kemudian oleh pamannya Abu Thalib.

Allah SWT mensucikannya dari kotoran-kotoran jahiliyah dan dari semua aib. Allah SWT menganugerahkan semua sifat-sifat yang baik sehingga Beliau dikenal di kalangan kaumnya dengan julukan Al-Amin (orang yang jujur) karena amanah, kejujuran dan kesuciannya.

Ketika usianya mencapai dua belas tahun ia mengadakan perjalanan ke Syam bersama pamannya. Ketika sampai di Bushra seorang pendeta bernama Bahira melihatnya. Ia mengenalnya dengan ciri-ciri yang ada pada Muhammad SAW. Buhaira mendatangi Muhammad, mengambil tangannya dan berkata: “Inilah tuan untuk semesta alam, inilah utusan Rabb semesta alam, inilah nabi yang akan diutus untuk semesta alam.” Buhaira ditanya: “Dari mana kamu tahu hal ini?” Ia berkata: “Sesungguhnya ketika kalian datang dari Aqabah tidak ada pepohonan dan bebatuan kecuali semuanya sujud. Dan ini tidak dilakukan kecuali kepada nabi. Dan kami mendapatkan hal ini dari kitab suci kami.” Kemudian ia meminta Abu Thalib untuk kembali bersamanya karena khawatir terhadap kejahatan orang-orang Yahudi kepadanya.

Kemudian Muhammad mengadakan perjalanan ke Syam yang kedua kali bersama Maysarah budak Khadijah ra untuk berniaga di pasar kota Bushra sebelum Khadijah dinikahi oleh Muhammad.

Ketika Muhammad berusia dua puluh lima tahun ia menikahi Khadijah. Dan ketika usianya empat puluh tahun Allah SWT memilihnya untuk membawa risalah-Nya. Jibril mendatanginya ketika Muhammad berada di gua Hira yang terletak di sebuah gunung di Makkah. Semnejak itu jadilah ia sebagai Rasullullah. Beliau berdakwah di Mekah selama tiga belas tahun, menurut pendapat lain lima belas tahun atau sepuluh tahun, pendapat yang benar adalah tiga belas tahun.

Rasulullah SAW shalat menghadap Baitul Maqdis selama di Makkah tanpa membelakangi Ka’bah tetapi menjadikan Ka’bah di depannya. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama tujuh belas atau enam belas bulan.

Hijrah Rasulullah SAW

Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar as-Siddiq ra dan budaknya Amir bin Fuhairah serta seorang penunjuk jalan Abdullah bin al-Uraiqit al-Laitsi yang masih kafir. Selanjutnya Rasulullah SAW berdakwah di Madinah selama sepuluh tahun.

Wafatnya

Rasulullah SAW wafat dalam usia enam puluh tiga tahun. Ada juga pendapat yang mengatakan Beliau wafat dalam usia enam puluh lima atau enam puluh, namun pendapat pertama adalah pendapat yang benar.

Rasulullah SAW wafat pada waktu dhuha hari Senin dua belas Rabiul Awal. Pendapat lain mengatakan tanggal dua atau tanggal satu Rabiul Awal.

Beliau dimakamkan pada malam Rabu. Pendapat lain mengatakan malam Selasa. Sebelum wafat, Rasullullah SAW menderita sakit selama dua belas atau empat belas hari.

Rasulullah SAW dimandikan oleh Ali bin Abi Thalib, pamannya Abbas, al-Fadhl bin Abbas, Qutsam bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran serta dihadiri pula oleh Aus bin Khaula al-Anshari.

Beliau dikafani dengan tiga lapis kain putih yang dibuat di Sahul –sebuah negeri di Yaman — tanpa gamis dan sorban. Kemudian kaum muslimin menshalatinya sendiri-sendiri tanpa jamaah.

Jasad Rasulullah SAW diletakkan di atas sehelai kain merah yang dipakainya untuk selimut lalu dimasukkan ke dalam kubur oleh Abbas, Ali, al-Fadhl, Qutsam dan Syuqran kemudian ditutup dengan sembilan batu.

Rasulullah SAW dimakamkan di tempat Beliau wafat yaitu sekitar tempat tidurnya di kamar Aisyah ra dan di tempat itu pula dimakamkan Abu Bakar ra dan Umar ra.

Putra-putri Rasulullah SAW

Rasulullah SAW memilik tiga orang putra yaitu:

1. Al-Qasim, dilahirkan di Makkah sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi. Al-Qasim meninggal di Mekah pada usia dua tahun. Namun menurut Qatadah, Al-Qasim meninggal ketika ia sudah bisa berjalan.

2. Abdullah, dinamakan juga dengan at-Thayyib (yang baik) dan at-Thahir (yang suci) karena ia dilahirkan sesudah Islam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa at-Thayyib dan at-Thahir ini adalah putra Rasulullah SAW yang lain, namun pendapat pertama adalah yang benar.

3. Ibrahim, dilahirkan dan wafat di Madinah tahun sepuluh hijriah pada usia tujuh belas atau delapan belas bulan. Ada pendapat yang mengatakan Rasulullah SAW memiliki putra lain yang bernama Abdul Uzza tapi pendapat ini sangat lemah karena Allah SWT telah mensucikan dan melindungi Nabi SAW dari hal demikian (penamaan anak Abdul Uzza yang berarti hamba Uzza nama salah satu berhala Quraisy-pentj.)

Putri-putri Rasulullah SAW

1. Zainab, menikah dengan Abu Al-Ash bin Rabi’ bin Abdul Uzza bin Abdul Syams sepupu Zainab, karena ibunya adalah Hala binti Khuwailid (saudara dari Khadijah binti Khuwailid). Zainab mempunyai anak bernama Ali yang meninggal waktu kecil dan Umamah yang digendong oleh Nabi saw waktu shalat dan setelah dewasa menikah dengan Ali bin Abi Thalib setelah Fatimah wafat.

2. Fatimah, menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahan tersebut Fatimah melahirkan Hasan, Husain, Muhassin yang meninggal waktu kecil, Ummu Kultsum yang menikah dengan Umar bin Khattab, dan Zainab yang menikah dengan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib.

3. Ruqayyah, menikah dengan Ustman bin Affan. Meninggal di pangkuan Ustman. Ustman lalu menikahi Ummu Kultsum (adik Ruqayyah) yang juga meninggal di pangkuannya. Ruqayyah memiliki seorang putra yang bernama Abdullah sehingga Ustman dipanggil dengan kunyah Abu Abdullah.

Putri-putri Rasulullah SAW empat orang tanpa ada perbedaan pendapat ulama mengenai hal ini sedangkan putra-putranya tiga orang berdasarkan pendapat yang benar.

Urutan putra-putri Rasulullah SAW adalah sebagai berikut: Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, Abdullah, dan Ibrahim yang lahir di Madinah. Semuanya adalah putra-putri dari Khadijah kecuali Ibrahim yang lahir dari Maria Al-Qibtiyah dan semuanya meninggal sebelum Muhammad menjadi rasul kecuali Fatimah yang meninggal enam bulan setelah kematian Rasulullah SAW.

Haji dan Umrah Rasulullah SAW

Hammam bin Yahya meriwayatkan dari Qatadah ia berkata: Saya bertanya kepada Anas: “Berapa kali Nabi SAW melaksanakan haji?” Anas menjawab: “Satu kali dan umrah empat kali. Pertama ketika dihalangi kaum musyrikin, kedua tahun berikutnya ketika mengadakan perjanjian (Hudaibiah), ketiga umrahnya dari Ji’ranah setelah membagikan harta rampasan perang Hunain dan yang keempat umrahnya bersama haji.” (Hadits Muttafaq alaih)

Kesemuanya ini setelah hijrah ke Madinah. Adapun haji dan umrah yang dilakukan Nabi SAW ketika di Makkah tidak diketahui. Dan haji yang dilakukannya adalah haji wada (perpisahan), yaitu ketika Nabi SAW menyatakan salam perpisahan kepada umatnya dan berkata: “Mungkin kalian tidak akan melihatku lagi setelah tahun ini.”

Peperangan Rasulullah SAW

Menurut pendapat masyhur yang dikatakan Muhammad bin Ishak, Abu Ma’syar, Musa bin Uqbah dan yang lainnya Rasulullah SAW mengikuti langsung dua puluh lima peperangan. Dan ada yang mengatakan dua puluh tujuh peperangan. Sedangkan jumlah pengiriman pasukan dan peperangan yang tidak diikuti Nabi SAW sekitar lima puluhan.

Di antara dua puluh lima peperangan tersebut yang terjadi pertempuran sebanyak sembilan kali yaitu di Badar, Uhud, Khandak, Bani Quraizhah, Mushthaliq, Khaibar, Fathu Makkah, Hunain dan Thaif. Ada yang mengatkan terjadi pertempuran juga di Wadil Qura, al-Ghaba dan Bani Nadhir. (Sumber Artikel: http://www.islamhouse.com/p/43176)

Hal Yang Tersembunyi Dari Perayaan Valentine Days

Setiap bulan Februari, pasti kita bakal disodori oleh momen merah jambu. Apalagi pas tanggal 14 Februari, ada yang merasa deg-degan menyambutnya. Banyak yang beranggapan, bulan Februari identik dengan even Valentine’s day yang romantis.

Hari itu, adalah saat yang cocok untuk "nembak sang doi" buat yang belum punya "gebetan". Umumnya, Valentine’s Day diperingati dengan bertukar kado dan hadiah. Sebagian besar berupa coklat, atau bunga. Ini bagi yang ekonominya pas-pasan. Tapi kalau untuk yang menengah keatas bisa sampai memberi hadiah berupa televisi, sepeda motor, apartemen, atau kapal pesiar sekalian.

Meski sebagian besar kaum muda kita tidak mengerti asal-muasal Valentine’s Day secara jelas, namun tidak sedikit yang merayakan. Mulai dari mall, kampus, bahkan di sekolah kita, dan hebatnya cukup banyak juga yang saling mengucapkan selamat ber-valentine. walaupun tidak tahu menahu tentang asal usulnya, Ibarat kita tertawa terbahak bahak melihat sesuatu yang tidak lucu.

Meskipun berbagai macam makalah, tulisan, nasehat mengatakan bahwa Valentine Days bukan berasal dari Islam, tetapi tetap saja kita seakan tidak peduli bahkan cenderung menutup telinga seolah olah tak mendengar.

Alasan paling banter bagi para pengikut Valentine’s Day adalah, ”Kita kan seneng-seneng aja, ga ada maksud untuk ngikuti budaya agama lain.” atau ”Di Islam kan kita dianjurkan untuk berkasih sayang, nah, Val Day ini momen yang pas untuk berkasih sayang.”

Betulkah alasan tersebut dikeluarkan saat orang orang diluar Islam tertawa dalam hati melihat budayanya diakui? Untuk menjawab kegalauan sobat semua, berikut kami uraikan sejarah, tanya jawab, dan asesoris yang berhubungan dengan Valentine Days.

1. Sejarahnya Valentine Days Yang tersembunyi?
“The history of Valentine’s Day and its patron saint is shrouded in mystery”, begitu lansir situs http://www.history.com. Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling popular, memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang dipenggal tanggal 14 Februari 269. Ini pun punya banyak versi.

Satu-satunya yang pasti dalam tradisi Valentine days adalah bahwa tradisi itu diawali dari tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, yang penuh legenda, mitos, dan penyembahan berhala.

Dalam tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yaitu momen pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Dewanya orang Romawi dan Yunani kuno.

Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, ini kembali pada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Di zaman Roma Kuno, para pemuka agama pagan, tiap tanggal 15 Februari akan ngelakuin ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan korban berupa kambing kepada sang dewa.

Setelah itu, mereka minum anggur dan lalu berlari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba. Tidak lupa, mereka bakal menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Khususnya para gadis dan perempuan muda.

Mereka bakal berebut untuk disentuh kulit kambing itu, karena mereka percaya kalo sentuhan kulit kambing akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. "Ayo-ayo, disini banyak kambing, siapa yang mau?" (kira kira begitulah pesan dalam tradisi tersebut)

Perayaan Lupercalia sendiri adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno. Selang waktunya antara tanggal 13-18 Februari. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan buat dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Di hari itu, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu, setiap pemuda mengambil nama dalam kotak secara acak. Gadis yang namanya keluar kudu jadi kekasihnya selama setahun penuh.

Buat apa? Apalagi kalau bukan untuk bersenang-senang, seks bebas dan jadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya meskipun selesai itu ditinggalkan. Murah dan murahan, Astaghfirullah

Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk minta perlindungan Dewa Lupercalia. Di kuil, para lelaki muda melecut pasangannya tadi dengan kulit binatang. Anehnya, para perempuan itu malah rebutan untuk bisa dapat lecutan. Karena, mereka menganggap, kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur (eramuslim.com).

Nah, tradisi Romawi kuno inilah bibit asal-muasal Valentine’s Day. Bukan yang lain.

2. Lalu Apa Hubungannya Tradisi Romawi Kuno dengan Valentine’s Day?
Sobat, peringatan Lupercalia yang udah kita bahas di atas, ternyata sangat berkembang pesat di Eropa. Hal ini seakan jadi batu sandungan penyebaran agama Nasrani, yang saat itu tergolong sebagai agama baru di Eropa. Walhasil, untuk menarik jemaat masuk ke Gereja, maka perayaan pagan tadi diadopsi, dengan memberi kemasan kekristenan.

Paus Gelasius I pada tahun 469 mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine’s Day. Sebenarnya, Val Day ini adalah upaya Paus Gelasius untuk nyebarkan agama kristen lewat media budaya setempat. Dia mencoba menggantikan posisi dewa-dewa pagan yang ada, lalu ngambil St. Valentine sebagai sosok suci sebagai lambang cinta. Ini adalah bentuk sinkretisme agama. Alias pencampur adukan budaya pagan dan ajaran kristen yang asli. Akhirnya Hari Valentine diresmikan oleh Paus Gelasius pada 14 Februari tahun 498.

Anehnya, Paus Gelasius, pada tahun 496, bicara jujur jika sebenarnya yang diketahui secara pasti tentang martir yang dikenal orang-orang bernama Valentine adalah TIDAK ADA. Meski demikian, Gelasius tetap ngotot, jika tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Terkesan jika dipaksakan

Bahkan hingga saat ini, tidak ada kejelasan, siapa orang yang bernama Valentine itu. Ada beragam kisah tentang dia, dan konon semuanya hanyalah dongeng tentang sosok Valentine ini. Paling tidak, ada tiga dongeng yang umum tentang siapa Valentine.

Pertama, St. Valentine adalah seorang pemuda bernama Valentino. Dia mati pada 14 Februari 269 karena eksekusi dari Raja Romawi, Claudius II (265-270). Valentino menentang ketetapan raja untuk wajib militer dan malah menikahkan pasangan muda-mudi. Padahal, aturan yang ditetapkan adalah, boleh menikah jika sudah mengikuti wajib militer.

Kedua, Valentine seorang pastor di Roma yang berani menentang Raja Claudius II. Dia ngomong kalo yesus adalah tuhan, dan ga mau nyembah dewa-dewa Romawi. Ia tewas karena dibunuh utusan raja. Oleh gereja, Valentine dianggap sebagai orang suci. Dia tewas pada pertengahan abad ke-3 Masehi dan lalu dikubur di Via Flaminia. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama sebuah gereja kecil di Roma. Ada sebuah gerbang di Roma yang disebut Gerbang Flaminian atau yang sekarang disebut Porta del Polopo. Dulu, konon disebut sebagai Gerbang St. Valentine.

Ketiga, seorang yang meninggal dan dianggap sebagai martir, terjadi di Afrika di sebuah provinsi Romawi. Meninggal pada pertengahan abad ke-3 Masehi. Dia juga bernama Valentine. Kisah, yang terakhir ini tambah tidak jelas asalnya.

Nah, dari sini kita bisa mengambil sedikit simpulan, jika Valentine’s Day itu sebenarnya muncul dari sinkretisme alias pencampuradukan agama. Yaitu agama Kristen asli dan agama pagan, budaya romawi kuno. Dan satu yang hampir kamu lewatkan, yaitu tidak ada sama sekali hubungannya dengan Islam. Titik.

3. Tahukah kamu arti be my valentine?
Banyak orang yang bilang jika makna “be my valentine” punya arti “jadilah kekasihku”. Meski tidak ada referensi yang jelas. Padahal, Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe It? (www.korrnet.org) menyebut bahwa, kata “Valentine” asalnya dari bahasa latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa.”

Jelas, kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhan orang Romawi. Alhasil, kita sadar atau tidak, jika kita minta seseorang untuk ”be my valentine”, itu merupakan perbuatan yang hina dan sangat melecehkan Islam terang terangan. Kita meminta dia untuk jadi sang Maha Kuasa, dan juga menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam, jelas ini disebut syirik. Satu satunya dosa yang tidak bisa diampuni

4. Tetapi betulkah Val Day ada hubungannya dengan kasih sayang?
Jika kita bicara terus terang dan to the point, jelas hati kecil kitapun akan mengatakan Val Day dan kasih sayang tidak ada hubungannya. Koneksi Valentine’s Day dan kasih sayang adalah sesuatu yang dipaksakann. Menganggap bahwa Santo Valentinus adalah simbol kasih sayang dan cinta kasih, cuma sebatas pada pandangan orang-orang Nasrani semata.

Dan ini semua adalah doktrin yang dipaksakan oleh gereja. Apalagi saat ini, kasih sayang sering disimbolkan dengan dewa cupid (dewa asmara), yang membawa panah cinta. Padahal cupid yang berarti the desire atau hasrat, adalah putra Nimrod dewa Matahari. Konon dia sangat ganteng sehingga diburu hampir semua dewi bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Jadi tidak heran jika saat ini banyak yang menafsirkan cinta dan sayang dengan SEKS.

5. Lalu bagaimana dengan perayaan Val Day di berbagai negara?
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Serius dalam arti berhubungan badan. Ini semua yang bikin perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ atau sekedar one night stand, seringnya diakhiri dengan tidur bareng. Di sana, hampir tidak ada pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. (Mungkin kata mereka hambar)

Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya digambarkan sebagai hari dimana setiap pasangan boleh ngelakuin apa aja. Ini memang dianggap sebagai sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, pada malam itu. Malahan, di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ngapain? Yang pasti mereka tidak hanya sekedar ngopi dan siskamling semalaman. Kalau hal semacam ini sudah dianggap wajar, lantas bagaimana nanti jadinya negeri ini jika semua kebudayaan berkiblat ke sana.

6. Bagaimana hukumnya merayakan Val Day menurut Islam?
Sudah jelas sekali jika ini semua yang dijelaskan diatas membuat keharaman yang mutlak bagi umat Islam, yang mau ikut serta atau mencoba untuk nimbrung di dalamnya. Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ”Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya mereka, dengan mengucapkan, ”Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah SWT. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah SWT dan lebih dimurkai daripada memberi selamat atas perbuatan minum khamr atau membunuh.”

7. Kalau cuma ikut-ikutan saja bagaimana?
Ibarat orang tertawa terbahak bahak tanpa ada hal lucu, itulah jawabannya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, ikut saja. padahal jelas baginya Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. Thirmidzi). Malahan Allah SWT berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (TQS. Al Maidah: 51).

8. Kalau ada teman kita yang ikut merayakan Val Day, apa yang harus kita lakukan?
Ada beberapa tindakan nyata yang harus kita lakukan.

Pertama, pra tanggal 14, opinikan sama teman-teman kita, bahwa Valentine’s Day bukan budaya yang patut digugu dan ditiru. Kita bisa lakukann dengan mengadakan acara talk show yang berkisar tentang pembahasan Valentine’s Day dalam Islam, dialog bareng teman, atau bisa juga dengan masang pamflet, sebar buletin, bahkan aksi damai menentang Valentine’s Day.

Kedua, tanggal 14 Februari, kalau ada teman kita yang memberi selamat hari Valentine, terus terang saja, katakan jika kita sudah mengerti hari Val Day yang sesungguhnya.

Ketiga, pasca tanggal 14. Ada yang mengatakan, jika kita berbicara penentangan Val Day pada saat itu, sudah basi. Tetapi mereka lupa jika tidak ada kata terlambat untuk menyuarakan sesuatu yang positif. Teruslah berdakwah untuk menyadarkan teman-teman kita yang kurang menggunakan akalnya. Toh, ini bisa jadi tindakan preventif kita untuk tahun depan.

9. Begitu besarkah ancaman dosa karena ikutan Val Day? Ada Apa dibalik perayaan Val Day?
Benar. Allah dan Rasul-Nya sudah memberi peringatan sangat keras, bahkan Irene Handono dalam situsnya, mengutip kata Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds (1935) mengatakan, ”Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang kristen tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”

10. Jika hal ini sudah menjadi tradisi umum, Lalu siapakah yang mesti bertanggungjawab?
Terus terang, ini semua tanggung jawab kita bersama. Individu kita yang selama ini kering pemahaman Islam, hendaknya segera disiram embun ke-Islam-an. Sering-seringlah membaca dan mendengar kajian ke-Islam-an, supaya iman kita tidak mudah digoyang kata kata, diterpa budaya kebebasan yang kebablasan.

Masyarakat kita yang cuek, juga jadi biang kekacauan akidah umat. Apalagi negara kita yang tidak ada perlindungan sama sekali atas budaya western yang negatif. Akibatnya kompleks, ibarat penyakit, kita sekarang terkena komplikasi.

Menyambut Maulid: Cintai Rasulmu dan Bersiaplah Untuk di Uji

CINTAI RASULMU dan BERSIAPLAH UNTUK DIUJI !

Sumber: Jalal Center

Ada beberapa kewajiban kita kepada Rasulullah saw. Pertama, kita mesti mengimaninya. Kedua, kita harus membaca shalawat dan salam baginya. Shalawat bukan saja tanda bahwa kita menghormati Rasulullah, tapi juga merupa-kan tanda kecintaan kita kepada Rasulullah saw. Kita tahu bahwa jika orang mencintai seseorang yang lain, maka bibirnya akan sering mengucapkan nama orang itu. Salah satu tanda cinta adalah seringnya kita menyebut nama orang yang dicintai. Menyebutnya pun berbeda dengan menyebut nama orang lain, lantaran emosi tertentu yang terkandung di dalamnya. Seperti itulah tanda kecintaan kita kepada Rasulullah saw. Sehubungan dengan ini, maka tanda memu-liakan Rasulullah saw adalah mahabbah atau mencintainya. Ungkapan kecintaan bisa dilakukan dengan banyak menyebut nama. Dengan shalawat, kita menyebut nama Rasulullah saw.

Dalam sebuah buku Antropologi klasik, Golden Bow, dikisahkan tentang kebiasaan dari berbagai bangsa di dunia dalam hubungannya dengan ilmu gaib. Dijelaskan bahwa ada dua macam ilmu gaib. Pertama, yang disebut dengan Magic Kontak. Yaitu ilmu gaib yang diperoleh dengan melakukan kontak atau hubungan dengan benda-benda atau apa saja yang terkait dengan orang yang menjadi sasaran ilmu gaib itu. Di suku Jawa misalnya, bila orang itu ingin menjatuhkan hati seorang wanita, maka ia akan mengambil sesuatu yang pernah bersentuhan dengan wanita itu.

Jenis yang kedua, disebut dengan Magic Analogis. Ini terjadi bila orang meng-inginkan sesuatu melalui kekuatan gaib dengan melakukan sesuatu yang mirip dengan yang diinginkan. Misalnya, bila orang menginginkan angin berhembus, maka dia akan bersiul. Siulan itu analog dengan datangnya angin. Orang pun dapat menyerang orang lain dengan menggunakan boneka. Boneka itu dianggap analog dengan orang yang diserang. Jika boneka itu ditusuk, maka orang itu yang kesakitan. Jika boneka itu dibakar, maka orang itu yang kepanasan.

Kebiasaan seperti itu ternyata ada di hampir seluruh bangsa di dunia. Saya tidak tahu pasti apakah ada hubungan antara kekuatan gaib dengan persentuhan benda-benda yang berkaitan. Tapi jika kita melihat tradisi para sahabat Rasulullah saw untuk bertabaruk atau mengambil berkah dari benda-benda yang pernah bersentuhan dengan Rasulullah saw, seakan-akan magic yang primitif di atas itu memperoleh justifikasi agama. Para sahabat mengambil apa apa yang telah disentuh Rasulullah saw dengan keyakinan seperti itu.

Contoh dari hal ini dapat kita temukan pada salah satu riwayat Rasulullah saw. Pada satu tengah hari yang terik, Rasulullah saw tidur di rumah Ummu Sulaim, ibu Anas bin Malik. Keringat beliau bercucur-an karena kepanasan. Ummu Sulaim lalu menampung tetes-tetes keringat itu dengan cangkirnya. Saat Rasul terbangun dan melihat ada cangkir di sisinya, ia bertanya, “Apa yang kamu lakukan?” Ummu Sulaim menjawab, “Ya Rasulullah, saya ingin mengambil keringatmu itu untuk mendatangkan berkah buat anak-anak saya.” Bila orang-orang primitif menyebut hal itu dengan kekuatan gaib, Ummu Sulaim menyebut hal itu dengan mengambil berkah. Rasulullah kemudian berkata pada Ummu Sulaim, “Engkau benar.”

Dulu orang sering mengambil sesuatu yang pernah berasal dari Rasulullah saw atau yang pernah disentuh Rasulullah saw. Mereka mengambil berkah dengan menyentuh apa saja yang pernah bersentuhan atau yang pernah menjadi bagian dari Rasulullah saw. Mereka menyentuh mimbar Nabi, menjilati bekas jari jemari Rasul, dan memperebutkan bekas minum Rasul. Tanpa menghubung-kannya dengan magic, saya kira itulah ungkapan kecintaan kepada Rasulullah saw. Bila kita mencintai seseorang, kita juga ingin menyentuh apa yang telah disentuh orang itu.

Pada zaman dahulu, biasanya anak muda yang mulai pacaran senang bertukar sapu tangan. Orang yang jatuh cinta itu akan bahagia bila satu saat, kala hati mereka sedang dipenuhi kerinduan, mereka mencium sapu tangan kekasihnya. Pada suami isteri, bila sang suami pergi, maka isteri akan mengambil dan memeluk baju suaminya. Itu bukan tanda-tanda kemusyrikan. Itulah tanda kecintaan. Seperti itu jugalah kecintaan para sahabat, tabi’in, dan ulama terdahulu terhadap Rasulullah saw.

Misalnya satu ketika Aisyah mendengar Amar bin Yasir ditendang seorang sahabat yang lain sehingga ia pingsan. Aisyah keluar dengan membawa sandal dan rambut Rasulullah saw. Sambil berteriak-teriak, ia berkata, “Lihat! Sandal Rasulullah ini belum lusuh dan rambutnya belum lekang tapi kalian sudah meninggalkan sunnah Rasulullah.” Siti Aisyah menghubungkan dua benda itu dengan Rasulullah saw.

Ketika Rasulullah saw meninggal dunia, beberapa sahabat datang ke kuburan Rasul. Mereka mengambil tanah kuburan itu dan mengusapkannya ke wajah mereka. Mereka tahu, tanah kuburan itu telah menyentuh jasad Nabi yang mulia. Dengan penuh kecintaan, mereka mengusapkan tanah ke wajah mereka. Mereka lakukan itu bukan karena kemusyrikan melainkan karena kecintaan kepada Rasulullah saw.

Bila saat ibadah haji banyak jemaah yang berusaha untuk menyentuh dinding kuburan Rasul, itu juga lantaran ungkapan cinta mereka kepada Rasul. Mereka tidak melakukannya karena menganggap Rasul sebagai Tuhan yang lain selain Allah. Kalau mereka menyentuh dinding kuburan, itu karena mereka tahu bahwa di balik dinding itu, ada Nabi yang mulia dimakamkan. Ketika saya pergi haji beberapa waktu lalu, saya melihat ada orang-orang yang matanya penuh dengan linangan air mata. Mereka meng-usapkan tangannya di atas makam Rasul seraya mengucapkan shalawat. Pemandangan itu menurut saya amat indah. Dulu saya anggap hal itu sebagai kebodohan kaum muslimin yang masih melakukan kemusyrik-an. Sekarang saya lihat hal itu sebagai ungkapan kecintaan umat yang telah ditinggalkan Rasulnya selama lebih dari seribu tahun. Meskipun telah sepuluh abad lebih Rasulullah pergi, umatnya masih meneteskan air mata kecintaan kepadanya hanya dengan menyentuh dinding kuburan-nya saja.

Kecintaan kita kepada Nabi diperintahkan oleh Rasulullah. Saya akan kemukakan berbagai hadits tentang kewajiban kita untuk mencintai Rasulullah saw. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al-Turmudzi juz ke-2 hal 308. Dalam hadits yang diriwayatkan dengan sanad dari Ibnu Abbas ini, dikisahkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Cintailah Allah atas nikmatnya kepada kamu semua. Cintailah aku karena kecintaanmu kepada Allah. Dan cintailah ahli baitku karena kecintaanmu kepadaku.” Hadits ini menunjukkan bahwa kita disuruh mencintai Allah karena nikmat yang telah Dia berikan. Jika kita mencintai Allah, maka kita pun harus mencintai Rasulullah saw dan jika kita mencintai Rasulullah saw, maka kita pun harus mencintai keluarganya.

Jalaluddin Al-Suyuthi, dalam tafsir Al-Durr Al-Mantsur, mengutip ayat Alquran untuk menjelaskan hadits ini. Ayat 23 dari surat Al-Syura itu berbunyi, “Katakanlah oleh kamu Muhammad; Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas dakwahku, kecuali kecintaan kepada keluargaku.”

Dalam surat Al-Ra’d ayat 28 Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan zikir kepada Allahlah, hati menjadi tentram.” Rasulullah saw menjelaskan ayat ini dengan mengatakan, “Orang-orang yang bisa tentram hatinya dengan zikir kepada Allah adalah orang-orang yang mencintai Allah, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai keluargaku dengan kecintaan yang tulus, bukan kecintaan yang dusta.”

Kita diwajibkan untuk mencintai Rasulullah saw. Salah satu ungkapan cinta kita kepada Rasulullah saw adalah dengan mencintai ahlul baitnya. Sebuah hadits yang terdapat dalam Kitab Kanzul ‘Umâl juz ke-6 halaman 218 menceritakan ucapan Rasulullah saw kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib. Rasul bersabda, “Hai Ali, Islam itu telanjang. Pakaiannya adalah takwa. Perhiasannya adalah rasa malu. Yang membaguskannya adalah sifat wara’. Manifestasinya ialah amal saleh. Asasnya adalah kecintaan kepadaku dan kepada keluargaku.” Jadi tonggak Islam itu adalah kecintaan kepada Rasulullah saw dan keluarganya. Di atas dasar itulah Islam ditegakkan.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Al-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Awshaf, yang juga diriwayatkan dalam Kanzul ‘Umâl juz ke-7 halaman 212, Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya dari empat hal. Ia akan ditanya dari umurnya; ke mana umurnya itu ia habiskan. Ia akan ditanya dari jasadnya; ke mana jasad itu ia rusakkan. Ia akan ditanya dari hartanya; untuk apa harta itu ia infakkan dan dari mana harta itu ia peroleh. Dan ia akan ditanya dari kecintaannya kepada kami, keluarga Rasul.” Kita akan ditanya pada hari Kiamat, apakah kita mencintai Rasulullah saw dan mencintai keluarganya.

Begitu pentingnya kecintaan ini sebagai asas Islam, sampai Rasulullah saw bersabda, “Didikkan tiga hal pada anak-anak kamu. Pertama, mencintai Nabi kamu. Kedua, mencintai keluarga Nabi. Ketiga, membaca Alquran. Karena pembaca Alquran akan berada di dalam perlindungan Allah pada hari ketika tidak ada lagi perlindungan kecuali perlindungan-Nya.” Itulah asas Islam; Alquran dan kecintaan kepada Nabi dan keluarganya.

Dalam hadits Al-Tsaqalayn yang kita kenal, Rasulullah saw bersabda “Aku tinggalkan kepadamu dua hal yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang kepadanya. Yang kesatu adalah tali Allah yang terjulur dari langit ke bumi. Ujung tali itu bersumber kepada Allah dan ujung lain pada kamu. (Yang dimaksud dengan tali ini adalah Alquran). Yang kedua adalah keluargaku.” Dalam shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw sampai menyebutkan hal ini tiga kali untuk menunjukkan betapa penting-nya mencintai keluarga Nabi dan berpegang teguh kepada Alquran.

Hadits berikutnya berasal dari Jabir bin Abdullah. Jabir mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan mencintai kami, keluarga Rasul, kecuali mukmin yang takwa dan tidak akan membenci kami kecuali orang munafik yang durhaka.” Jadi, ukuran apakah seseorang itu mukmin atau munafik ter-gantung dari kecintaannya kepada Rasulullah saw dan keluarganya.

Mengapa kita harus mencintai Rasulullah saw dan keluarganya dan mengapa kecintaan itu disebut sebagai asas dan tonggak dari Islam?

Saya akan menjawab pertanyaan ini dengan beberapa hadits. Pernah suatu ketika ada orang datang menemui Nabi dan mengatakan, “Ya Rasulullah, saya mencintai-mu.” Lalu Nabi berkata, “Anta ma’a man ahbabta. Kamu beserta orang yang kamu cintai.”

Pada riwayat lain, di Masjid Kuba ada seorang Imam yang diprotes oleh makmum-nya karena selalu membaca surat Al-Ikhlas dalam shalatnya. Seseorang datang kepada Imam itu dan protes, “Mengapa kau selalu membaca Al-Ikhlas?” Imam itu menjawab, “Bila kau tidak senang kepadaku, silahkan cari Imam yang lain.” Suatu saat Rasulullah saw datang ke masjid Kuba dan diberita-kanlah kepada Rasulullah ihwal “Imam Pembaca Al-Ikhlas” itu. Rasulullah lalu memanggil sahabat itu dan bertanya, “Mengapa kamu selalu membaca Al-Ikhlas?” Sahabat itu menjawab, “Ya Rasulullah, saya senang betul kepada Al-Ikhlas ini. Saya mencintainya.” Lalu Rasulullah saw berkata, “Anta ma’a man ahbabta. Engkau beserta apa yang engkau cintai.”

Kita akan beserta apa yang kita cintai. Rasa cinta amat berpengaruh besar terhadap perilaku kita. Kalau kita mencintai sesuatu, maka seluruh perilaku kita akan dipengaruhi oleh sesuatu itu. Jika kita mencintai sepak bola, kita akan mencintai apa saja yang berkaitan dengan sepak bola. Kita akan menempel gambar pemain sepak bola dan kita akan berlangganan tabloid Bola. Kalau pemain kesayangan kita bertanding, seluruh emosi kita akan dibawa dalam suatu kekhusyukan menyaksikan pertandingan itu. Kita akan mampu bangun tengah malam hanya karena kita tahu bahwa malam itu akan ada suatu pertandingan sepak bola. Karena kita mencintai sepak bola, maka seluruh perilaku kita dipengaruhi oleh sepak bola.

Jika Anda mencintai Michael Jackson, maka Anda akan berusaha untuk membeli segala sesuatu yang berkaitan dengan Jackson. Tidak hanya itu, Anda juga akan berusaha untuk meniru segala perilaku Jackson. Mulai dari rambut, jaket, sampai sepatu, Anda akan mencari yang mirip dengan yang dikenakan pujaan Anda itu.

Jadi, anta ma’a man ahbabta. Jiwa Anda akan beserta jiwa orang yang Anda cintai. Rasulullah saw menganjurkan kita untuk mencintai beliau dan ahli baitnya. Karena bila kita mencintainya dengan tulus, maka perilaku kita akan sesuai dengan perilaku Rasulullah saw dan keluarganya. Kita akan bertingkah laku seperti apa yang dikehendaki Rasulullah. Seluruh kejadian yang menimpa Rasulullah dan keluarganya akan mempengaruhi emosi dan perasaan kita.

Kita sering mendengar orang berkata, “Kita harus meniru sunnah Rasulullah saw.” Meniru sunnah Nabi tidak bisa diajarkan lewat khutbah. Itu harus diajarkan lewat kecintaan kepada Rasulullah. Jika kita mencintainya, maka secara otomatis kita akan meniru segenap tingkah lakunya. Kita akan mampu meniru perilaku Rasulullah saw. Bila riwayat Rasulullah saw diceritakan, hati kita akan terbawa di dalam kekhusyukan ketika kita mendengarkannya.

Karena itulah kita memahami mengapa kecintaan terhadap Rasulullah saw dan keluarganya menjadi asas dari Islam. Karena kalau kita membenci Rasulullah dan keluarganya, maka seluruh bangunan keagamaan kita itu runtuh. Kita tidak bisa lagi meniru Rasulullah saw. Sukar bagi kita untuk berperilaku seperti perilaku Rasulullah.

Seseorang dengan mengutip Shakespeare berkata, “Love is like a gentle rain. Cinta itu seperti air hujan yang turun dari langit. Ia turun di mana saja yang ia kehendaki. Jadi kita tidak bisa menyuruh orang lain untuk mencintai sesuatu. Karena cinta tidak bisa diarahkan dan diajarkan.” Saya kira dalam hal ini Shakespeare keliru. Pertama, hujan tidak selalu jatuh pada tempat yang tidak terduga atau yang ia kehendaki. Hujan jarang jatuh di padang pasir. Jatuhnya hujan dapat kita prediksikan. Kedua, cinta itu dapat dibina. Cinta bisa ditanamkan. Salah satu cara menanamkan kecintaan kita kepada Rasulullah saw ialah dengan berusaha mengenal riwayat Rasulullah. Salah satu peribahasa Jawa, yang terkenal kebenarannya secara ilmiah, berbunyi, “Witing tresno jalaran soko kulino. Permulaan kasih itu karena kita mengenal.” Peribahasa itu terbukti benar. Kita cenderung mencintai hal-hal yang kita kenal dengan baik. Jika Anda mengenal seekor kucing yang sering datang ke rumah Anda setiap pagi, dan satu saat kucing itu mati, maka Anda pasti akan merasa sedih.

Kecintaan tumbuh karena kita mengenal. Kita harus mengenal riwayat, akhlak, dan perjuangan Rasulullah saw dan keluarganya. Bila kita tidak kenal, kita tidak akan menyenanginya. Karena itu, usaha orang munafik dan orang kafir untuk merobohkan tonggak Islam ialah dengan memperkenalkan Rasulullah saw dan keluarganya dengan cara-cara yang jelek supaya kita tidak mencintai Rasulullah. Lihat saja buku-buku karya para orientalis terdahulu tentang Rasulullah saw. Mereka menceritakan Rasulullah dengan luar biasa buruknya. Seorang penulis Prancis menjuduli karyanya dengan Muhammad, Sang Penipu Besar. Dante Alighieri, penulis Divina Comedia, menceritakan dalam karyanya tentang Muhammad yang ia temukan di dasar neraka. Mereka berusaha dengan sistematis untuk mendiskreditkan Rasulullah saw. Karena bila umat Islam sudah hilang kecintaannya kepada Rasulullah, maka runtuhlah seluruh tonggak agama itu. Kita hanya akan berperilaku seperti Rasulullah bila kita mencintainya. Dalam sejarah Islam juga muncul riwayat-riwayat yang mendiskreditkan Rasulullah. Misalnya hadits tentang Rasulullah yang bermuka masam dan berpaling dari orang buta sampai Rasul ditegur oleh Allah swt.

Sebuah hadits lain menceritakan datangnya seorang sahabat yang mencintai Rasul ini agak berbeda. Ketika seseorang mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, aku mencintaimu.”, Rasulullah menjawab, “Maka bersiaplah engkau menghadapi ujian.” Cinta memang harus diuji untuk membuktikan ketulusannya. Dalam Ilmu Psikologi Cinta, ada yang disebut dengan ujian kecintaan. Jika seorang wanita tahu bahwa seorang lelaki mencintainya, tapi wanita itu ingin merasa yakin akan cinta sang lelaki, maka wanita itu akan melakukan suatu ujian akan kecintaan lelaki tersebut. Cinta harus diuji. Oleh sebab itulah ketika seseorang datang kepada Rasulullah seraya menyatakan cintanya, Rasul berkata, “Bersiaplah, engkau akan menghadapi ujian.”

Bila Anda telah menyatakan kecintaan Anda kepada Rasulullah saw dan keluarganya, bersiaplah untuk diuji dalam kehidupan Anda. Salah satu bentuk ujian itu ialah Anda akan dicerca, dicemooh, dimaki, dan difitnah. Ujian itu akan membuktikan apakah Anda bertahan atau tidak dalam kecintaan kepada Rasulullah saw dan keluarganya.

Jika Anda baca riwayat para pecinta Rasul dan keluarganya sepanjang sejarah, Anda akan menyaksikan ujian-ujian yang luar biasa yang mereka alami. Di zaman Muawiyah, selama 80 tahun keluarga Rasulullah dicaci maki di mimbar-mimbar. Orang yang tidak mau mencaci harus berhadapan dengan pihak penguasa. Misalnya yang terjadi dengan Hujur bin ‘Adi. Suatu saat, seorang khatib menutup khutbahnya dengan mengutuk keluarga Rasul. Hujur protes. Ia berdiri lalu mengutuk khatib itu. Hujur lalu ditangkap dan dikubur hidup-hidup. Pernah di zaman pemerintahan Al-Hajjaj, ketika Al-Hajjaj mengutuk keluarga Nabi di suatu masjid, orang-orang ribut dan tidak mau ikut mengutuk. Al-Hajjaj lalu memotong semua tangan jemaah masjid itu karena mereka tidak mau mencaci maki keluarga Nabi. Sampai ada satu tradisi waktu itu, bila orang ingin mencaci orang lain, ia memanggilnya, “Ya Ali!” Ali digunakan sebagai makian. Bahkan bila ada orang yang mempunyai nama Ali, maka ia akan dibunuh.

Sepanjang sejarah, para pecinta Rasul dan keluarganya itu dianiaya, disakiti, dan dibunuh. Seorang guru Umar bin Abdul Aziz adalah pecinta Rasul dan keluarganya. Tetapi ia menyembunyikan kecintaannya itu karena pertimbangan keselamatan dirinya. Satu saat, Umar kecil memaki saudaranya dengan menyebut, “Hai Ali! Hai Murtad!” Guru itu rupanya tidak tahan menyembunyikan kecintaannya. Ia panggil Umar dan berkata kepadanya, “Kamu tahu siapa itu Ali bin Abi Thalib yang kamu caci maki itu? Ketahuilah, dialah menantu Rasulullah. Dialah orang yang berbaring di ranjang Rasulullah ketika Nabi akan hijrah. Dialah orang yang tentangnya Rasulullah berkata, ‘Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya.’…” Dan mulailah guru itu bercerita tentang hadits-hadits mengenai keutamaan Sayidina Ali. Umar memberitahu-kan hal ini kepada ayahnya, khalifah waktu itu. Guru itu dipanggil. Karena dia meng-ajarkan kecintaan kepada keluarga Rasulullah lewat lidahnya, maka lidah guru itu digunting. Sesudah itu ia dibunuh di hadapan Umar bin Abdul Aziz. Umar mencintai gurunya dan ia merasa berdosa akan kejadian itu. Maka setelah ia dewasa dan menjadi khalifah, hal pertama yang ia lakukan adalah melarang orang mengutuk Ali bin Abi Thalib di mimbar-mimbar.

Sepanjang sejarah, keluarga Rasulullah saw dan para pecintanya dirusakkan nama dan kehormatannya. Sehingga bila Anda berniat untuk mencintai Rasulullah saw dan keluarganya, bersiap-siaplah untuk menghadapi bencana.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme